Monday, March 3, 2008

The May 18 Memorial Foundation (Bahasa Indonesia)

THE MAY 18 MEMORIAL FOUNDATION

Pengantar

The May 18 Memorial Foundation adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1994 oleh warga kota Gwangju dan para saksi hidup serta keluarga korban pergolakan Gwangju tahun 1980. Tujuan didirikannya organisasi ini bukan hanya untuk memperingati peristiwa berdarah tersebut melainkan juga untuk melanjutkan perjuangan dan solidaritas akan semangat pergolakan tersebut; mendorong ditempuhnya cara-cara damai bagi penyatuan Korea serta sebagai wujud nyata dalam usaha-usaha penegakan HAM (hak asasi manusia) di seluruh dunia. Dengan demikian, warisan semangat pergolakan Gwangju 18 Mei tetap ada dan terus menghidupi perkembangan demokrasi di Korea dengan penuh arti. Sejak berdirinya, organisasi ini sudah menyelenggarakan banyak proyek di berbagai bidang seperti menyelenggarakan peringatan peristiwa-peristiwa bersejarah, pengadaan beasiswa, mengembangkan penelitian, penyebaran informasi berkala kepada masyarakat luas, menerbitkan bacaan-bacaan yang bersangkutan dengan peristiwa perjuangan demokrasi 18 Mei, mendistribusikan bantuan-bantuan karitatif dan pembagian benefit, membangun jaringan solidaritas antar negara dan memberikan anugerah The Gwangju Prize for Human Rigths.

Pergolakan Demokratis 18 Mei

Tragedi paling tragis dan mengenaskan dalam sejarah modern Korea terjadi di Gwangju pada bulan Mei 1980 dimana banyak warga kota ini dibunuh oleh tentara. Tragedi tersebut dimulai ketika sekelompok tentara yang dipimpin Chun Doo-hwan menduduki gedung pemerintahan (The Chonnam Provincial Hall) pada tanggal 12 Desember 1979 dan memberlakukan undang-undang darurat militer. Setelah Presiden Park Chung-hee terbunuh, sekelompok politisi militer mengambil alih operasi Chungjung (Operation Chungjung) untuk mengakhiri pergolakan di Gwangju. Maka para aktivis gerakan 18 Mei pada saat itu lalu mempersenjatai diri mereka sebagai wujud pembelaan diri terhadap kekerasan yang dilakukan pemerintahan yang tidak sah. Mereka melawan pemerintahan militeristik yang mengambil alih kekuasaan dengan tidak konstitusional dan menggunakan kekuatan bersenjata serta melakukan tindakan represif yang sangat brutal. Kini, peristiwa pergolakan itu dikenang sebagai rujukan bagi masyarakat sipil untuk melawan setiap tindakan represif yang mengabaikan hak-hak sipil. Motifasi dan semangat kebangkitan 18 Mei adalah warisan luhur yang dipercayakan kepada kita untuk terus dipertahankan dan dirayakan. Demikian, sudah sepantasnya bahwa sejarah seperti pergolakan 18 Mei 1980 Gwangju ini menjadi pelajaran dan tanggungjawab kita bersama untuk kemanusiaan di masa yang akan datang.

======================================================================================

PROGRAM SOLIDARITAS INTERNATIONAL

Pengantar

Menyadari besarnya arus globalisasi terutama dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, program solidaritas internasional telah menjadi satu sisi penting dari tugas The May 18 Memorial Foundation. Melalui program ini, diharapkan suatu solidaritas internasional dapat terjalin di antara banyak negara dan lembaga berdasarkan kepentingan yang sama yakni mewartakan semangat pergerakan demokratis 18 Mei di Gwangju, membela penegakan HAM dan melindungi usaha-usaha untuk mencapai perdamaian dan demokrasi. Perhatian utama program ini adalah pada usaha menjalin jejaring persahabatan dengan banyak organisasi sipil di kawasan Asia dan kawasan lain di seluruh dunia.

Secara khusus, program ini berupa:

1. Pertukaran informasi secara berkala dengan mereka yang berpengalaman dan ahli di bidang-bidang HAM, demokrasi, perdamaian baik yang berasal dari pemerintahan mapun organisasi-organisasi masyarakat sipil di Asia.
2. Membangun suatu mekanisme yang proaktif untuk mengambil langkah bersama yang terkoordinasi.
3. Mengadakan banyak forum internasional di dalam negeri dengan mengangkat topik yang mengangkat aktual dan ikut terlibat dalam konferensi-konferensi internasional.
4. Membangun suatu jalinan komunikasi di antara organisasi masyarakat sipil seluruh Asia dan di belahan dunia lain, melalui jaringan internet dan publikasi buku-buku, jurnal, brosur dan newsletter dalam Bahasa Korea dan Inggris.
5. Memfasilitasi berlangsungnya program pertukaran ilmu pengetahuan dan pengalaman.

====================================================================================

PROGRAM DAN KEGIATAN


Sebagai bagian dari usaha yang sedang berlangsung untuk memperkuat solidaritas internasional, the Culture and Solidarity Team memiliki beberapa program dan aktifitas yang terus dilakukan.

1. Penganugerahan Gwangju Prize for Human Rights
Pemberian anugerah ini dilakukan dalam rangka peringatan akan kebangkitan semangat perjuangan Gwangju 18 Mei. Anugerah Gwangju Prize for Human Rights diberikan kepada beberapa pribadi, kelompok atau lembaga baik dari Korea maupun negara lain yang terbukti melalui usaha dan karya mereka dalam memperjuangkan dan mengangkat HAM, demokrasi dan perdamaian. Anugerah bagi mereka yang berjuang demi pencarian kebenaran dan semangat demokratis ini juga merupakan penghargaan dari warga kota Gwangju. Harapan yang terkandung dalam penganugerahan ini adalah bahwa semoga semangat dan pesan dari peristiwa 18 Mei terus hidup di dalam hati dan pikiran setiap manusia.
2. Gwangju International Peace Forum
Gwangju International Peace Forum diadakan sebagai wadah untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan di antara para akitivis HAM, demokrasi, dan perdamaian baik yang berasal dari Korea maupun dari negara lain. Biasanya ada sekitar 150 peserta yang menghadiri forum ini.Selama program berlangsung, para peserta akan mendapat kesempatan untuk turut serta dalam upacara resmi peringatan peristiwa pergolakan Gwangju 18 Mei dan berdoa bagi para korban agar dapat beristirahat dengan tenang. Para peserta juga akan menghadiri upacara pemberian penghargaan Gwangju Price for Human Rights. Pada tahun 2007 yang lalu, peserta forum internasional ini telah memutuskan untuk mengawali proses pendirian jaringan kerja regional bersama di antara para aktivis HAM, demokrasi dan pergerakan sosial.

======================================================================================

International Exchange Program

1. Program Pertukaran Internasional (International Exchange Program)
Melalui The Asia NGO Internship Program ini, The May 18 Memorial Foundation ingin meningkatkan dan memperluas hubungan dengan banyak organisasi non-pemerintah dari negara-negara di Asia yang bergerak di bidang HAM dan perdamaian. Program yang dimulai pada tahun 2001 ini, ditujukan untuk membangun jaringan solidaritas dan kerjasama internasional di kawasan Asia. The May 18 Memorial Foundation mengirim para pelajar dan relawannya ke beberapa lembaga di luar Korea untuk belajar dan bekerja di berbagai tempat selama 10 bulan dan mereka harus kembali ke Korea saat program itu selesai.
2. International Internship Program on Human Rights
Program internship ini diadakan sebagai sumbangsih bagi perkembangan demokrasi dan perlindungan HAM di Asia. Tiap tahunnya, dipilih 2 orang dari kawasan Asia untuk mendapat kesempatan belajar dan bekerja di kantor The May 18 Memorial Foundation, khususnya tentang pengalaman sejarah dan proses perkembangan demokrasi serta HAM pada peristiwa Gwangju 1980. Mereka yang terpilih untuk ikut dalam program internship ini diberikan kesempatan pula untuk menjalin jaringan kerja dengan kelompok-kelompok masyarakat sipil di Korea. Sebagai interns, mereka juga dapat menentukan atau ditunjuk untuk melakukan suatu riset selama masa internship mereka, disamping itu tentu saja mereka memiliki tugas dan tanggungjawab tertentu sebagai bagian dari Culture and Solidarity Team.
3. NGO Studies Scholarship (MAINS)
Bekerjasama dengan Universitas Sungkonghoe, The May 18 Memorial Foundation menyelenggarakan program beasiswa bagi 5 aktivis dari Asia yang dipilih berdasarkan peran dan keterlibatan mereka dalam acara the Gwangju Asian Human Rights Folk School. Mereka yang terpilih tersebut akan mendapat kesempatan untuk ikut dalam program MAINS (The Masters of Arts in Inter Asia NGO Studies), dimana kurikulumnya memuat beberapa bidang ilmu dengan penggabungan antara pengajaran akademis dan praktek sesuai dinamika perkembangan situasi Asia dan dunia pada umumnya. Kurikulum pendidikan ini unik karena di dalamnya dipelajari berbagai teori perubahan sosial, berbagai tipe lembaga non pemerintah dan organisasi masyarakat sipil. Sebagai satu kesatuan bidang studi, kurikulum ini mencakup pula pembahasan baik dari perspektif regional maupun global tentang berbagai topik terhangat yang berkembang dewasa ini.

====================================================================================

Gwangju Asian Human Rights Folk School

The Gwangju Asian Human Rights Folk School juga diadakan untuk memajukan perkembangan demokrasi dan HAM di seluruh Asia. Tiap tahunnya, 25 peserta pilihan dari seluruh Asia diberi kesempatan untuk belajar dan menggali pengalaman dari sejarah serta proses perkembangan perjuangan HAM dan demokrasi di Korea Selatan. Para peserta akan diperkenalkan pada bagian penting dari proses peristiwa pergolakan demokrasi Gwangju, baik secara teoretis melelalui beberapa forum seminar dan diskusi maupun dengan pengalaman praktis lapangan, yakni mengunjungi lokasi-lokasi dimana proses demokratisasi muncul di Korea. Sejak dimulainya pada tahun 2004, program ini telah melahirkan lebih dari 100 aktifis HAM dan aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat di Asia.

======================================================================================

Program Kerjasama Perkembangan Demokrasi di Asia

1. Grant for Democracy and Human Rights Projects in Asia (GDHRPA)
GDHRPA mendukung kerja-kerja yang bertujuan untuk memajukan demokrasi dan HAM serta membangun solidaritas internasional. Grant ini dianugerahkan kepada kepada organisasi-organisasi non-pemerintah di Asia yang terbukti berperan penting dalam pertumbuhan dan penguatan masyarakat sipil untuk menghormati HAM, menjunjung demokrasi dan perdamaian serta mendorong semangat solidaritas internasional.Pada tahun 2007, 6 organisasi dari Asia terpilih mendapat grant ini untuk jangka waktu maksimal 2 tahun.
2. Gwangju Network for Human Rights and Democracy
Gwangju International Peace Forum pada bulan Mei 2007 yang lalu mengawali proses penting dalam pembangunan suatu jaringan aksi regional di kalangan pejuang demokrasi, pembela HAM dan aktivis gerakan sosial, yang berlandaskan pada kesamaan pengalaman dalam perjuangan untuk demokrasi dan HAM serta rasa solidaritas yang terbangun di antara mereka. Maksud utama dari program ini adalah sebagai media promosi kerjasama regional bagi proses demokrasi yang muncul sebagai reaksi atas kekerasan negara terhadap hak-hak sipil warganya. Program ini menaruh perhatian besar pada pembangunan jaringan koalisi organisasi-organisasi korban kekerasan negara di Asia.
3. Day of the Disappeared, Sri Lanka
Sejak tahun 2001, The May 18 Memorial Foundation terus mendukung peringatan tahunan hari orang hilang (Day of the Disappeared) di Sri Lanka. Event ini merupakan peringatan yang diadakan oleh para keluarga dari orang-orang hilang dan mereka yang menuntut keadilan. Sebagai wujud solidaritas, The May 18 Memorial Foundation mengirimkan beberapa wakilnya ke perayaan tahunan ini dan memberikan bantuan organisasional.
4. Dukungan Internasional bagi Demokrasi
The May 18 Memorial Foundation terus menggalang dukungan melalui jaringan kerja yang peduli pada perkembangan demokrasi di seluruh dunia dan ini terlaksana dalam berbagai forum internasional tentang HAM dan demokrasi di Jerman dan Amerika Serikat.
Solidaritas internasional seperti ini bertujuan untuk membangun dan memperkuat posisi penting Korea dalam usaha membangun demokrasi yang lebih baik di kawasan Asia.

====================================================================================
For more information about the Foundation please klik here:

No comments: